BERSYUKUR ATAS NIKMAT TUHAN
Oleh: ZAHRA
MARGARETHA
Tuhan ............
Bibirku bergetar
Saat menyebut namamu
Aku mengucapkan syukur
Tiada habis-habisnya
Karena sudah diberi
kenikmatan
Yang kukecap kasih
sayangmu
Dengan segala cinta
Kureguk kasihmu
Kureguk sayangmu
TUHAN
TUHAN
Oleh : ZAHRA
MARGARETHA
Penderitaan yang tiada
akhirnya
Roda zaman menggilasku
Tersesat tertatih – tatih
Sungguh hidup terus di
buru
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat yang
dapat menolong
Selain yang ada di sana
Dialah tuhan
Tuhan tempat kita
Memohon pertolongan
AKU
Jika waktuku sudah habis
Tidak ada yang boleh
merayu
Tidak juga kau
Aku
adalah
Hewan yang terbuang
Dari kawanannya
Walau peluru menembus
kulitku
Aku akan terus berlari
Mengejar impianku
Impian yang setinggi
langit
Karna aku adalah aku
WAYANG
Telah berkali-kali kulihat
Beragam wayang seluruh
tanah air
Semua di kotak tergeletak
Jika tak dimainkan dalang
di kelir
Kita pun wayang berpijak di bumi
Dari kotak gaib beranjak kelayar
Sekali waktu kembali ke kotak gaib
Menurut
sang dalang maha besar
CISARUA
Di
lereng gunung lembah menghijau
Air
terjun menghimbau-himbau
Meraih
beta melipur risau
Turut
hasrat tidak menjangkau
Tenang air terus mengalir
Gemuruk bergejolak
Ke dasar sungai
Percik menepis
Melayang pergi
Hening air terus mengalir
ALAMKU
Alamku ..............
Dapatkah kau kembali
Seperti
dulu
Kini
kami menyesal
Telah
merusakmu
Kami
ingin kau
Asri
kembali
Karna
kami tak biasa
Hidup
tanpa pohon
Kami
tak biasa
Hidup
tanpa air
Kami
tak bisa hidup
Tanpa
udara
Dan
itu semua
Kami
peroleh
Darimu
wahai alamku
Kami menyadari dosa
Kami
begitu besar
Karena
telah merusakmu
Maafkan
kami oh alamku
ALAMKU INDONESIA
Alamku
indonesia
Alam
yang penuh bahagia
Sawah
dan ladang
Luas
menghampar
Bagaikan
permadani bergelar
Bermacam
– macam
Bunga
bermekaran
Hawanya
sejuk menyehatkan
Hatiku
ingin menari
Bagaikan
burung
Yang
terbang tinggi
PILIHANKU
Antara kaya dan miskin
Tentu aku memilih miskin
Lihatlah aku seumur
hidupku
Tak pernah merasa kaya
Antara hidup dan mati
Tentu
ku memilih mati
Lihatlah
aku seumur hidup
Sahabat
Sahabatku
Kau teman yang paling baik
Kau teman yang mengerti deritaku
Kau teman yang mengerti perasaanku
Kau teman yang melebihi saudara
Aku sedih
Kamu ikut sedih
Aku bahagia
Kamu ikut bahagia
Sahabat
Kau adalah temanku yang setia
Kau adalah separuh hidupku
Jadi jangan kau tinggalkanku
Duhai sahabatku
Kita telah lewati hari-hari kita bersama
Senang maupun duka
Engkau yang membuat
Hariku penuh warna
Kau temanku yang paling aku sayangi
Semoga takdir tidak memisahkan kita
Amin ya rabbal alamin
Ibu
Ibu
Kau pahlawanku
Kau
pelindungku
Ibu
Kau yang
melahirkanku
Kau
mengandungku
Selama 9 bulan
Setelah itu
kau lahirkanku
Ibu
Betapa susah
payahnya
Kau merawat
dan menjagaku
Kau didik aku
Tentang hal
yang baik
Bahkan bisa
lebih baik
Kau
menyekolahkanku
Setinggi
mungkin
Sampai aku
menjadi orang sukses
Dengan derita
susah payah
Kau beri aku
makan dan minum
Kau beri kasih
sayangmu
Hanya untukku
Ibu
Bagaimana aku
membalasnya
Aku hanya bisa
membalas dengan doa
Supaya selamat
dunia dan akhirat
Rabbigfirli
wali-wali dhayyah warham humma kamma robbayani soghiro
Tamanku
Saat pagi hari
Bunga
bermekaran
Membawa bau
harum semerbak
Lebah,
kupu-kupu berdatangan
Untuk mencari
madu
Bermacam-macam
bunga
Bermekaran di
taman
Bunga mawar
dengan warna yang merah
Bunga melati
Dengan warna
polosnya putih
Bunga sepatu
Dengan warna
merah
Bunga-bunga
itu
Sangat indah
dan harum
Kupu-kupu yang
sangat indah
Bertebangan ke
sana-ke mari
Dengan suara
deringan lebah
Membuat senang
Rasa di hati
Tanah
Kelahiran
Seluring di
pasar ipis merdu
Antar gundukan
pohonan pina
Tembang
menggema di dua kaki
Burangrang
Tangkuban perahu
Jamrud di
pucuk-pucuk
Jamrud di air
tipis menurun
Membelit
tangga di tanah merah
Di kenal
gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan
kentang sudah digali
Kenakan kebaya
ke pewayangan
Jamrud di
pucuk-pucuk
Jamrud di hati
gadis menurut
Membaca
tanda-tanda
Ada sesuatu yang rasanya
Mulai lepas dari tangan
Dan meluncur lewat sela-sela jari
kita
Ada sesuatu yang mulanya
Tak begitu jelas
Tapi, kini kita telah
Mulai merindukannya
Kita saksikan
Udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
Yang semakin surut
Burung-burung kecil
Tak lagi berkicau di pagi hari
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan
Gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa banjir
Banjir membawa air
Kita telah saksikan
Seribu tanda
Bisakah kita
Membaca tanda-tanda
Prasasti
Hidup
Langit adalah
kitab yang terbentang
Bumi adalah
kitab yang terhampar
Dan manusia
adalah kita yang berjalan
Sementara
al-Qur’an al-Karim
Adalah cahaya
dalam kegelapan
Tidakkah kau
renungkan
Bahwa intrik
yang terjadi dalam hidup
Hingga
meneteskan air mata
Adalah tanda
prasasti hidup
Aku
Mawar atau Bukan
Aku adalah mawar
Yang indah dipandang
Namun bisa melukai tanpa sengaja
Aku adalah bidadari
Yang berhati besi
Saat aku tebarkan syair kasturi
Yang kunanti tak kan pernah
kembali
Saat ku kepakkan sayap menuju
Pulau impian
Daratannya telah tergerus
Abrasi keangkuhan
Lalu, apa benar aku ini
Mawar yang indah atau
Bidadari yang cantik?
Prasasti
Takdir
Masih angkuh
berdiri
Didera empat
musim dahsyat
Masih jelas
ukiran ceritanya
Di antara
kabut-kabut kegelapan
Masih wangi di
antara
Kuntum-kuntum
lili dan nyanyian
Dan selalu
menusuk hidung
Di ketika ku
lihat masa lalu
Lalu
menghilangkannya bagaimana?
Dihancurkan
tak bisa
Didekap pun
tak mampu
Hari-hari
adalah musim
Di antara
titik-titik
Salju yang
menggunung
Mencoba
menapaki
Diri lemah tak
berarti
Sahabat
untuk Selamanya
Telah lama kau menemani
Langkah kaki di sepanjang
Perjalanan hidupku ini
Kau adalah bagian hidupku
Dan aku menjadi
Bagian hidupmu
Kau seperti angin di
Bawah sayapku
Sendiri kau tak seimbang
Terkadang aku pun bertanya
Apa jadinya bila dirimu
Tak ada di jiwa dan ragaku?
Salju
Ke manakah
pergi
Mencari
matahari
Ketika salju
turun
Pepohonan
kehilangan daun
Kemanakah
jalan
Mencari
lingkungan
Ketika tubuh
kuyup
Dan pintu
tertutup
Sejati
Kalian di sini
Saat aku bersedih
hati
Kalian adalah
matahariku
Matahari yang
selalu
Bersinar
terang
Dan
menghangatkan jiwa
Kita adalah
sejati kawan
Sampai ujung
usia
Tak ada yang
akan memisahkan
Guru
Jasa-jasamu
begitu besar
Guru kau bak
pelita
Di pagi buta
Aku kan
menjadi yang terbaik
Seperti yang
kau ajarkan
Aku ingin
menjadi sepertimu
Mendidik anak
bangsa negeri ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar