Rabu, 03 Juni 2015




BERSYUKUR ATAS NIKMAT TUHAN
Oleh: ZAHRA MARGARETHA

Tuhan ............
Bibirku bergetar
Saat menyebut namamu
Aku mengucapkan syukur
Tiada habis-habisnya
Karena sudah diberi kenikmatan
Yang kukecap kasih sayangmu
Dengan segala cinta
Kureguk kasihmu
Kureguk sayangmu
TUHAN







TUHAN
Oleh : ZAHRA MARGARETHA
Penderitaan yang tiada akhirnya
Roda zaman menggilasku
Tersesat tertatih – tatih
Sungguh hidup terus di buru
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat yang dapat menolong
Selain yang ada di sana
Dialah tuhan
Tuhan tempat kita
Memohon pertolongan







AKU
Jika waktuku  sudah habis
Tidak ada yang boleh merayu
Tidak juga kau
            Aku adalah
            Hewan yang terbuang
            Dari kawanannya
Walau peluru menembus kulitku
Aku akan terus berlari
Mengejar impianku
Impian yang setinggi langit
Karna aku adalah aku




WAYANG
Telah berkali-kali kulihat
Beragam wayang seluruh tanah air
Semua di kotak tergeletak
Jika tak dimainkan dalang di kelir
            Kita pun wayang berpijak di bumi
            Dari kotak gaib beranjak kelayar
            Sekali waktu kembali ke kotak gaib
Menurut sang dalang maha besar




CISARUA
Di lereng gunung lembah menghijau
Air terjun menghimbau-himbau
Meraih beta melipur risau
Turut hasrat tidak menjangkau
            Tenang air terus mengalir
            Gemuruk bergejolak
            Ke dasar sungai
            Percik menepis
            Melayang pergi
            Hening air terus mengalir




ALAMKU       
 Alamku ..............
Dapatkah  kau kembali
Seperti dulu
Kini kami menyesal
Telah merusakmu
Kami ingin kau
Asri kembali
Karna kami tak biasa
Hidup tanpa pohon
Kami tak biasa
Hidup tanpa air
Kami tak bisa hidup
Tanpa udara
Dan itu semua
Kami peroleh
Darimu wahai alamku
 Kami menyadari dosa
Kami begitu besar
Karena telah merusakmu
Maafkan kami oh alamku


ALAMKU INDONESIA
Alamku indonesia
Alam yang penuh bahagia
Sawah dan ladang
Luas menghampar
Bagaikan permadani bergelar
Bermacam – macam
Bunga bermekaran
Hawanya sejuk menyehatkan
Hatiku ingin menari
Bagaikan burung
Yang terbang tinggi


PILIHANKU
Antara kaya dan miskin
Tentu aku memilih miskin
Lihatlah aku seumur hidupku
Tak pernah merasa kaya
            Antara hidup dan mati
Tentu ku memilih mati
Lihatlah aku seumur hidup




Sahabat

Sahabatku
Kau teman yang paling baik
Kau teman yang mengerti deritaku
Kau teman yang mengerti perasaanku
Kau teman yang melebihi saudara

Aku sedih
Kamu ikut sedih
Aku bahagia
Kamu ikut bahagia

Sahabat
Kau adalah temanku yang setia
Kau adalah separuh hidupku
Jadi jangan kau tinggalkanku

Duhai sahabatku
Kita telah lewati hari-hari kita bersama
Senang maupun duka
Engkau yang membuat
Hariku penuh warna
Kau temanku yang paling aku sayangi
Semoga takdir tidak memisahkan kita
Amin ya rabbal alamin

Ibu
Ibu
Kau pahlawanku
Kau pelindungku

Ibu
Kau yang melahirkanku
Kau mengandungku
Selama 9 bulan
Setelah itu kau lahirkanku

Ibu
Betapa susah payahnya
Kau merawat dan menjagaku
Kau didik aku
Tentang hal yang baik
Bahkan bisa lebih baik
Kau menyekolahkanku
Setinggi mungkin
Sampai aku menjadi orang sukses
Dengan derita susah payah
Kau beri aku makan dan minum
Kau beri kasih sayangmu
Hanya untukku

Ibu
Bagaimana aku membalasnya
Aku hanya bisa membalas dengan doa
Supaya selamat dunia dan akhirat
Rabbigfirli wali-wali dhayyah warham humma kamma robbayani soghiro





Tamanku


Saat pagi hari
Bunga bermekaran
Membawa bau harum semerbak
Lebah, kupu-kupu berdatangan
Untuk mencari madu
Bermacam-macam bunga
Bermekaran di taman
Bunga mawar dengan warna yang merah
Bunga melati
Dengan warna polosnya putih
Bunga sepatu
Dengan warna merah
Bunga-bunga itu
Sangat indah dan harum
Kupu-kupu yang sangat indah
Bertebangan ke sana-ke mari
Dengan suara deringan lebah
Membuat senang
Rasa di hati








Tanah Kelahiran


Seluring di pasar ipis merdu
Antar gundukan pohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang Tangkuban perahu

Jamrud di pucuk-pucuk
Jamrud di air tipis menurun

Membelit tangga di tanah merah
Di kenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya ke pewayangan

Jamrud di pucuk-pucuk
Jamrud di hati gadis menurut












Membaca tanda-tanda
Ada sesuatu yang rasanya
Mulai lepas dari tangan
Dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya
Tak begitu jelas
Tapi, kini kita telah
Mulai merindukannya
Kita saksikan
Udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
Yang semakin surut
Burung-burung kecil
Tak lagi berkicau di pagi hari
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan
Gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa banjir
Banjir membawa air

Kita telah saksikan
Seribu tanda
Bisakah kita
Membaca tanda-tanda
Prasasti Hidup

Langit adalah kitab yang terbentang
Bumi adalah kitab yang terhampar
Dan manusia adalah kita yang berjalan
Sementara al-Qur’an al-Karim
Adalah cahaya dalam kegelapan
Tidakkah kau renungkan
Bahwa intrik yang terjadi dalam hidup
Hingga meneteskan air mata
Adalah tanda prasasti hidup


Aku Mawar atau Bukan

Aku adalah mawar
Yang indah dipandang
Namun bisa melukai tanpa sengaja
Aku adalah bidadari
Yang berhati besi

Saat aku tebarkan syair kasturi
Yang kunanti tak kan pernah kembali
Saat ku kepakkan sayap menuju
Pulau impian
Daratannya telah tergerus
Abrasi keangkuhan
Lalu, apa benar aku ini
Mawar yang indah atau
Bidadari yang cantik?
Prasasti Takdir

Masih angkuh berdiri
Didera empat musim dahsyat
Masih jelas ukiran ceritanya
Di antara kabut-kabut kegelapan
Masih wangi di antara
Kuntum-kuntum lili dan nyanyian
Dan selalu menusuk hidung
Di ketika ku lihat masa lalu
Lalu menghilangkannya bagaimana?
Dihancurkan tak bisa
Didekap pun tak mampu
Hari-hari adalah musim
Di antara titik-titik
Salju yang menggunung
Mencoba menapaki
Diri lemah tak berarti

Sahabat untuk Selamanya

Telah lama kau menemani
Langkah kaki di sepanjang
Perjalanan hidupku ini
Kau adalah bagian hidupku
Dan aku menjadi
Bagian hidupmu
Kau seperti angin di
Bawah sayapku
Sendiri kau tak seimbang
Terkadang aku pun bertanya
Apa jadinya bila dirimu
Tak ada di jiwa dan ragaku?

Salju

Ke manakah pergi
Mencari matahari
Ketika salju turun
Pepohonan kehilangan daun

Kemanakah jalan
Mencari lingkungan
Ketika tubuh kuyup
Dan pintu tertutup

Sejati

Kalian di sini
Saat aku bersedih hati
Kalian adalah matahariku
Matahari yang selalu
Bersinar terang
Dan menghangatkan jiwa
Kita adalah sejati kawan
Sampai ujung usia
Tak ada yang akan memisahkan



Guru

Jasa-jasamu begitu besar
Guru kau bak pelita
Di pagi buta
Aku kan menjadi yang terbaik
Seperti yang kau ajarkan
Aku ingin menjadi sepertimu
Mendidik anak bangsa negeri ini